Mencegah Kebakaran Akibat Korsleting Listrik
Ilustrasi beban listrik berlebih |
Seringkali kita melihat di TV banyaknya kasus kebakaran. Berbagai
spekulasi pun muncul tentang penyebab kebakaran tersebut. Ada yang
mengatakan akibat konsleting arus listrik, ledakan kompor gas, sengaja
dibakar, bahkan ada pula yang menyalahkan PLN. Mengapa pada kasus-kasus
terjadinya kebakaran, listrik selalu menjadi kambing hitam atau dituding
sebagai penyebab utama terjadinya kebakaran. Bagaimanakah hal itu dapat
terjadi? apakah kita harus hidup tanpa listrik? Tentu tidak, karena
listrik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan
sebagian besar manusia. Jadi, yang diperlukan sekarang adalah pemahaman
tentang listrik dan penggunaan yang tepat guna.
Menurut data yang dilangsir dari Dinas Kebakaran DKI sejak dari tahun
1992 s/d 1997 telah tejadi kebakaran sebanyak 4.244 kasus di mana yang
2135 kasus disebabkan karena konsleting listrik. Bisa dikatakan bahwa
50% lebih dari total kasus kebakaran disebabkan oleh listrik dan obyek
yang banyak terbakar adalah perumahan. Hal ini disebabkan oleh
perlengkapan listrik yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur yang
benar dan standar yang ditetapkan oleh LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan)
PLN, rendahnya kualitas peralatan listrik dan kabel yang digunakan,
serta intalasi yang asal-asalan dan tidak sesuai peraturan.
Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur Tiga unsur yang
menyebabkan kebakaran dapat terjadi jika ada yaitu bahan yang mudah
terbakar (bahan-bahan yang mudah menyala serta harus adanya suhu cetusan
api biasanya 2000 – 5000), oksigen (adanya gas
oksigen dalam jumlah yang cukup), dan percikan api (energi menyala yang
menghasilkan suatu sumber panas dengan daya yang cukup dan lama
pengaruhnya). Dari ketiga unsur di atas maka dapat menimbulkan
terjadinya kebakaran.
Risiko akibat pemakaian listrik diperkenalkan dalam IEC30364,
Electrical Installations in Buildings atau SLI 173-1-2-3-4 dan 7,
Instalasi Listrik untuk Bangunan. Kebakaran menyebabkan kehilangan nyawa
dan tak hanya meliputi seseorang saja, tetapi dapat terjadi di
tempat-tempat dimana banyak manusia berkumpul, seperti pabrik, pusat
perbelanjaan dan sebagainya. Selain kehilangan nyawa manusia, juga
mengakibatkan kerugian besar dalam hal materi.
Akan tetapi kalau melihat lokasi kebakaran yang sebagian besar
terjadi pada perumahan dan tempat berusaha. Berarti kebakaran itu bisa
disebabkan oleh karena faktor human error. Hal ini karena awamnya
masyarakat terhadap listrik sehingga sering kali bertindak sembrono atau
teledor dalam menggunakan listrik atau tidak mengikuti prosedur dan
metode penggunaan listrik secara benar menurut aturan PLN, sehingga
terjadilah kebakaran itu yang tidak sedikit kerugiannya. Sedangkan salah
satu usaha yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya kebakaran
adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna listrik untuk
keperluan sehari-hari. Untuk itu diperlukan pengetahuan dasar mengenai
listrik.
Ilustrasi Kebakaran |
Daya AC yang disediakan oleh perusahaan listrik ada yang memiliki
frekuensi 60 Hz dan tegangan rms 120 V. Disejumlah negara, untuk
sejumlah perabot berdaya tinggi, seperti pengering pakaian atau
panggangan listrik, sering diberikan daya pada 240 V dengan jaringa
terpisah. Untuk kebutuhan daya yang sama arus yang dibutuhkan pada
tegangan 240 V hanya setengah dari arus pada tegangan 120 V, tetapi
tegangan 240 V lebih berbahaya dibandingkan dengan tegangan 120 V.
Sengatan listrik pada 240 V jauh lebih fatal daripada sengatan 120 V.
Misalkan kita menghubungkan pemanas 1600 W, pemanas ini akan menarik arus sebesar:
Tegangan pada stopkontak dipertahankan 120 V, yang tak bergantung
pada arus yang ditarik. Dengan demikian, semua perabotan yang dihubungka
pada stopkontak rangkaian tunggal pada dasarnya berupa hubungan
paralel. Kebanyakan pengawatan rumah tangga arusnya dibatasi pada 15
hingga 20 A. Arus yang lebih besar dari nilai akan memanaskan kawat dan
dapat menimbulkan bahaya kebakarn. Oleh karena itu setiap rangkaian
dilengkapi dengan pemutus rangkaian (cirkuit breaker) atau sekering pada
rumah-rumah.
Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan
beraneka ragam peralatan (beban) listrik yang digunakan. Sedangkan beban
listrik yang digunakan umumnya bersifat induktif dan kapasitif. Di mana
beban induktif (positif) membutuhkan daya reaktif seperti trafo pada
rectifier, motor induksi (AC) dan lampu TL, sedang beban kapasitif
(negatif) mengeluarkan daya reaktif. Daya reaktif itu merupakan daya
tidak berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi
diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban. Jadi yang
menyebabkan pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan yang
bersifat induktif.
Tracking adalah suatu gejala atau kejadian alam, di mana suatu
lapisan konduktif didirikan (established) di atas permukaan bahan
isolasi. Bila terdapat kerusakan pada isolasi kabel, maka pada mulanya
arus yang sangat kecil (miliamps atau microamps) secara sebentar-bentar
(intermittant) mengalir di atas permukaan bahan isolasi.
Jadi pengamanan pertama untuk menghindari tracking dalam
instalasi listrik adalah memilih dengan tepat instalasi dan peralatan
supaya cocok dalam lingkungannya di mana peralatan tersebut dipasang.
Pengamanan yang kedua adalah dengan dipasangnya SPAS, karena pengamanan
dengan dipasangnya SPAS adalah sangat efektif bila adanya gangguan
isolasi ke bumi. Seperti telah dikatakan di atas bahwa gangguan tracking adalah gangguan antara penghantar dan netral atau bumi, maka akan menyebkan elcb atau SPAS bekerja.
Seperti dalam membagi-bagi arus dengan menggunakan stop kontak
bukannya dilakukan dengan semaunya tapi harus dilakukan sesuai peraturan
supaya tidak menimbulkan kebakaran. Artinya jika jumlah steker yang
dipasang pada suatu stop kontak melebihi batas maka akan menyebabkan
kabel pada stop kontak itu menjadi panas. Jika panas itu terjadi dalam
waktu yang relatif lama maka hal ini akan menyebabkan melelehnya
terminal utama dan akhirnya secara pelan-pelan terjadilah hubung
singkat. Kemudian dari panas itu munculah api yang akan merambat di
sepanjang kabel dan jika isolator tidak mampu menahan panas maka akan
terjadilah kebakaran. Untuk itu gunakanlah stop kontak sebagaimana
mestinya. Dalam hal ini ada dua stop kontak; pertama stop kontak 200
Watt hanya digunakan untuk peralatan di bawah 500 – 1000 VA; ke dua
jenis stop kontak tenaga yang digunakan untuk peralatan di atas 1000 VA.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa dugaan kuat penyebab kebakaran
adalah hubungan pendek arus listrik sebagai akibat dari pemasangan
instalasi listrik yang tidak sesuai dengan standar. Tindakan ceroboh
yang lainnya yang berpotensi yang menyababkan kebakaran adalah:
- Penggunaan stop kontak atau adaptor yang berlebihan yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan sehingga melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu dayanya. Sehingga terjadi percikan api pada saat mencolokkan listrik. Bila percikan tersebut mengenai benda yang mudah terbakar, maka kebakaran bukan hal yang mustahil untuk terjadi
- Penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan beban Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel atau penghantar tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Hal ini karena isolasi kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar benda-benda sekitarnya. Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus disesuaikan dengan peraturan instalasi listrik.
- Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi, Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar. Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi ini sangat minimal dan gejala tersebut dapat berjalan sangat lama, berbulan-bulan kadang-kadang bertahun-tahun. Jadi tiap-tiap waktu arus mengalir di atas permukaan bahan isolasi, bila sifatnya organik, akan terjadi karbonasi, tetapi sangat sedikit.
- Instalasi kontak yang jelek
- Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat positip dan kawat negatip yang beraliran listrik. Terkadang untuk memperkuat sekering atau MCB (miniature Circuit Breaker), mengganti dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga listrik tidak jatuh saat terjadi beban berlebihan, tetapi akan mengakibatkan sambungan listrik terbakar.
- Penggunaan peralatan listrik dengan kualitas rendah.
- Pencurian listrik
KESIMPULAN
Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian
listrik. Ini mengakibatkan kerusakan material yang cukup besar dan juga
kehilangan nyawa manusia. Untuk pencegahan kebakaran kita perlu
memperhatikan haal-hal sebagai berikut:
- Peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus memenuhi standar yang berlaku dan harus sesuai dengan lingkungannya.
- Pemasangan peralatan harus mentaati ketentuan dalam PUIL, dan bila cocok sesuai instruksi pabrik peralatan.
- Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan pengujian secara teratur terhadap penyalahgunaan, kerusakan atau pelaksanaan pemasangan yang jelek, termasuk sambungan-sambungan yang lepas.
- Dipasangnya pengamanan yang cocok terhadap arus bocor, seperti SPAS.
Sesuai PUIL 1987 – Pasal 910, bahwa untuk mencegah bahaya kebakaran
harus dipasang SPAS dalam instalasi listrik. Dalam banyak hal suatu
pengaman lebur (sekering) atau APP hanya mengamankan arus lebih atau
arus hubung singkat dan memutus seketika dalam 3 detik bagian sirkuit
listrik yang berbaha. Sedangkan dalam hal kerusakan isolasi (penuaan,
retak dan sebagainya) di mana periode arus rambat beroperasi sangat lama
dan karena arus bocor selalu mengalir ke bumi, maka gejala ini hanya
dapat dideteksi oleh SPAS atau elcb, red 300 mA dengan waktu tunda (time
delay) dari 50 mdet. Di beberapa negara Eropa seperti Jerman dan
Perancis, dalam instalasi listrik diharuskan untuk dipasang elcb dari
500mA maupun dalam gedung-gedung perkantoran, sedangkan di U.K. dan
Malaysia dengan rating 100mA.
sumber : madahamid.wordpress.com
Mencegah Kebakaran Akibat Korsleting Listrik
Reviewed by DINAS KEBAKARAN KOTA TERNATE
on
23.24
Rating:
Post a Comment